Minggu, 13 November 2016

TEORI MODAL SOSIAL

TEORI MODAL SOSIAL

Teori modal sosial awalnya berasal dari sebuah ide cetusan Pierre Bordieu yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul ‘Le Capital Notes Provisoires’ yang diterbitkan pada tahun 1980 dalam ‘Actes  de la Recherche  en Sciences Sociales’.
Namun karena tulisan Bordieu ditulis dalam bahasa Perancis, tidak banyak ilmuwan sosial yang menaruh perhatian. Lalu James L. Coleman mempublikasikan tulisan dari topik yang sama dalam bahasa Inggris pada tahun 1993, dan mendapat perhatian dari para ilmuwan. Para ahli berkeyakinan bahwa Coleman-lah yang mencetuskan ide tentang konsep modal sosial.
            Poldan (dalam walis, Killerby, dan Dollery, 2004:239) menyebut modal sosial “sangat dekat untuk menjadi konsep gabungan bagi seluruh disiplin ilmu sosial”. Dua modal lain yang populer namun berbeda dari modal sosial adalah modal ekonomi dan modal manusia.
Coleman mendefiniskan modal sosial berdasarkan fungsinya, yaitu menurutnya modal sosial bukan suatu entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung dua elemen yaitu modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial dan modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor) baik individu maupun perusahaan dalam struktur tersebut. Modal sosial bersifat produktif.
            Peletak pondasi konsep modal sosial, Bordieu, mendefinisikan modal sosial sebagai agregat sumber daya aktual ataupun potensial yang diikat untuk mewujudkan jaringan yang awet sehingga menginstitusionalisasikan hubungan persahabatan yang saling menguntungkan.
Dia berkeyakinan bahwa bahwa jaringan sosial tidaklah alami atau given melainkan dikonstruksi melalui strategi investasi yang berorientasi pada pelembagaan hubungan-hubungan kelompok. Definisi tersebut mengandaikan bahwa modal sosial memisahkan dua elemen yaitu hubungan sosial itu sendiri yang mengizinkan individu untuk mengklaim akses terhadap sumber daya yang dipunyai oleh asosiasi mereka dan jumlah dan kuantitas dari sumber daya tersebut. Burt memaknai modal sosial sebagai teman, kolega, dan lebih umum kontak lewat siapapun yang membuka peluang bagi pemanfaatn modal ekonomi dan manusia (Portes, 1998:6).






            Coleman (1988:102-105) menyebutkan tiga bentuk dari modal sosial, yaitu :
  1. Struktur kewajiban, ekspektasi, dan kepercayaan. Pada elemen ini modal sosial tergantung dari dua elemen kunci yaitu kepercayaan dari lingkungan sosial dan perluasan aktual dari kewajiban yang sudah dipenuhi.
  2. Jaringan informasi. Informasi sangat penting sebagai basis tindakan, tetapi informasi itu mahal, tidak gratis.
  3. Norma dan sanksi yang efektif . Norma dalam sebuah komunitas yang mendorong individu untuk mencapai prestasi dapat digolongkan sebagai modal sosial.
Bentuk-bentuk modal sosial selalu berkaitan dengan struktur sosial di mana masyarakat tersebut diam.
Modal sosial dalam bentuk ekspektasi dan kepercayaan ini dapat ditransformasikan menjadi keunggulan untuk memperoleh benefit ekonomi. Demikian halnya dengan jejaring informasi yang bersumber dari banyak pihak, mengandaikan bahwa individu tersebut gampang mendapat informasi secara lengkap dan murah. Implikasinya adalah keputusan (ekonomi) yang dilakukan dapat diambil secara tepat dan cepat sehingga dapat menghasilkan keuntungan.
      Modal sosial dapat menjadi aset bagi organisasi maupun anggotanya. Modal sosial secara spesifik dapat (Chegini, et. Al., 2012:3158) :
  1. Mempengaruhi sukses pekerjaan
  2. Membantu pekerja menemukan pekerjaan dan menciptakan portofolio pekerja yang lebih baik di organisasi
  3. Memfasilitasi pertukaran sumber daya antar unit
  4. Memotivasi pembaruan, penciptaan model intelektual, dan efisiensi multifungsi tim
  5. Mengurangi perubahan pekerjaan karyawan
  6. Memperkuat hubungan dengan pemasok, jaringan produksi regional dan pembelajaran organisasi
Secara umum, modal sosial bisa dilakukan pendekatan melalui dua perspektif, yaitu:
  1. Mengkaji modal sosial dari perspektif pelaku.
  2. Mencermati modal sosial dari persepektif masyarakat.
Coleman melihat dari dua sudut pandan sekaligus dengan cakupan yang lebih luas mengenai bentuk-bentuk modal sosial termasuk ekspektasi, norma, dan sanksi (dalam Rosyadi, 2003:29).
      Terdapat empat argumentasi yang dapat disajikan untuk memberikan penjelasan yang representatif, yaitu :
  1. Aliran informasi. Dalam pasar yang tidak sempurna, ikatan sosial dalam posisi lokal dapat memberikan informasi pada individu yang berguna tentang kesempatan dan pilihan. Tergantung pada individu tersebut dapat menganda;kan lingkungan dan potensi dirinya untuk mendapat informasi terssebut atau tidak. Dengan adanya informasi yang tepat, akan mengurangi biaya transaksi.
  2. Ikatan sosial dapat mempengaruhi pelaku
  3. Ikatan sosial mungkin diberikan oleh organisasi atau pelakunya sebagai sertifikasi kepercayaan sosial individu
  4. Hubungan sosial diekspektasikan dapat memperkuat kembali identitas dan pengakuan.
Jika dipilah dalam tiga penampakan, akan didapat sebuah operasionalisasi modal sosial, yaitu :
  1. Menurut sumber dan pengejawantahannya, struktur modal sosial terdiri dari peran dan aturan, jaringan dan hubugan interpersonal dengan pihak lain, serta prosedur dan kejadian
  2. Menurut cakupannya, struktur modal sosial terbentuk dari organisasi sosial aspek kognisinya terwujud dalam budaya sipil
  3. Menurut elemen-elemen umum, struktur modal sosial terbangun berdasarkan ekspektasi yang mengarah pada perilaku kerja sama yang saling menguntungkan.
Konsep modal sosial mempunyai dimensi multispektrum. Terdapat empat cara pandang terhadap modal sosial (Woolcock dan Narayan, 2000:229-238), yaitu :
  1. Pandangan komunitarian yang menyamakan modal sosial dengan organisasi lokal, seperti klub, asosiasi, dam kelompok-kelompok sipil
  2. Pandangan jaringan/jejaring menggabungkan dua level, sisi atas dan sisi bawah yang menekankan pentingnya asosiasi vertikal dan horisontal di antara orang-orang dan relasinya dengan entitas organisasi lain, semacam kelompok komunitas dan perusahaan.
Konsep ini mengoperasikan dua sifat penting modal sosial yaitu sebagai ikatan dan jembatan.. Pandangan jajeraing ini dapat dikarakteristikkan dalam dua proposisi kunci yaitu modal adalah pedang bersisi dua dan sumber-sumber modal sosial perlu dipisahkan dari konsekuensi-konsekuensi yang muncul dari kemungkinan negatif.
  1. Pandangan kelembagaan berargumentasi bahwa vitalitas jaringan komunitas dan masyarakat sipil merupakan produk dari sistem politik, hukum, dan lingkungan kelembagaan.
  2. Pandangan sinergi berupaya mengintegrasikan konsep jejaring dan kelembagaan. Evans (1992, 1995, 1996) menyimpulkan bahwa sinergi antara pemerintah dan masyarakat didasarkan pada prinsip komplementer dan keterlekatan.
Bila diidentifikasi lebih lanjut, kontroversi yang menyangkut konsep modal sosial dibagi dalam empat isu, yaitu :
  1. Kontroversi yang menghadapkan apakah modal sosial itu aset kolektif atau individu. Kontroversi ini berasal dari persinggungan antara perspektif makro versius level hubungan. Pada level kelompok, modal sosial merepresentasikan beberapa agregasi sumber daya yang bernilai bagi interaksi anggota dalam sebuah jaringan.
  2. Kontroversi yang melihat modal sosial sebagai “klosur” atau jaringan terbuka dalam sebuah jaringa atau relasi sosial.
  3. Kontroversi yang dipicu oleh pandangan Coleman yang menyatakan bahwa modal sosial merupakan “sumber daya struktur sosial” yang menghasilkan keuntungan bagi individu dalam sebuah tindakan yang spesifik.
  4. Kontroversi mengenai pengukuran
Di luar kontroversi tersebut, bahasan tentang konsep modal sosial didominasi oleh cara pandang yang terlalu positif, artinya menempatkan modal sosial sebagai variabvel yang dapat memberikan manfaaat bagi kemaslahatan bersama.
Dalam salah satu bagian risalahnya, Yoram Ben-Porath (dalam Coleman, 1988:96) mengembangkan konsep yang sangat dekat dengan pengertian modal sosial, yakni yang disebut sebagai “F-connection”. F-connection tersebut terdiri dari families artinya keluarga dan firms atau perusahaan. Tetapi konsep F-connection tsb memiliki implikasi negatif terhadap pertukaran ekonomi atau kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
            Empat konsekuensi negatif modal sosial (Portes, 21998:15) yaitu :
  1. Pengucilan dari pihak luar
  2. Dampak klaim terhadap anggota kelompok
  3. Rintangan terhadap kebebasan individu
  4. Penyempitan ruang lingkup dari norma
Modal sosial bisa merusak bila digunakan untuk kepentingan-kepentingan sempit, contohnya adalah kasus mafia, di mana ikatan yang kuat dalam organisasi tsb digunakan secara tertutup demi melindungi operasi usaha ilegal, kekerasan, dan kejahatan.
      Hubungan antara modal sosial dan pembangunan ekonomi mengambil dua karakteristik yaitu :
  1. Penelitian hulu yang mencoba mencari landasan teoritis yang merelasikan modal sosial dengan pembangunan ekonomi
  2. Penelitian hilir yang berusaha melacak implikasi modal sosial terhadap pembangunan ekonomi
Dalam perspektif rasionalitas transaksionbal (digunakan untuk menganalisis pertukaran ekonomi), tujuan utamanya adalah memperoleh modal ekonomi dan kepentingan dalam aspek transaksional pertukaran yang dimediasi oleh harga dan uang.
Kegunaan dari pertukaran adalah untuk mengoptimalisasi keuntunga transaksional, sedangkan pilihan rasional didasarkan pada analisis hubungan-hubungan alternatif yang meproduksi beragam keuntungan dan biaya transaksional.
Aturan-aturan pertukaran berperan dalam dua hal yaitu :
  1. Jika hubungan dengan agen tertentu menghasilkan keuntungan maka keputusannya adalah melanjutkan hubungan transaksi
  2. Bila hubungan tsb gagal menghasilkan laba relatif, maka ada dua pilihan yang dapat diambil yaitu menemukan hubungan alternatif yang bisa memproduksi keuntungan atau merawat hubungan tsb tetapi dengan berupaya mengurangi biaya transaksional

 #8
#tugas8



Tidak ada komentar:

Posting Komentar